Aside

Hi!

(arrgh, mau nulis kalimat pembuka, cuma bisa balik lagi ke kata hai, halo, welcome, sambil ngegerundel dalam hati, ‘kalimat apa yang mesti gw tulis tanpa harus terlihat timid dan awkward. …Selamat datang aja lah ya…)

 

Deerohima

It’s Me!

Tentang sebuah keputusan

Gw barusan nonton Master in the house episode 28. Gw terkesan sekali dengan cara Lee Seung Gi cs share pengalaman dan ide mereka di depan mahasiswa Dankook University. Terutama saat bagian Lee Sang Yoon yang share bagaimana dia menghadapi dinding galau dia dalam mencari jati diri. Gw sangat terkesan, kalimatnya membuat gw teringat dengan apa yang pernah gw alami dulu saat mengambil sebuah keputusan.

Gw akan cerita sedikit tentang hal ini, hanya gw akan membuka dengan ingatan beberapa waktu yang lalu, seorang adik yang sedang revisi sidang skripsi menghadap gw, “Kak, mau dengar saya cerita? Saya ingin melanjutkan ke S2, ini juga disuruh orangtua, sementara saya juga ada minat mau bekerja dulu. Apakah jika S2, harus program yang linear saya ambil atau bagaimana sebaiknya?”

Ternyata dia berada di depan dinding galau itu. Gw nyengir,”Kalo kamu nanya linear, kamu salah minta pendapat ke saya,”. Gw cekikikan bareng teman sebelah yang ikut celetuk,”Dia orang yang hijrah ke fakultas lain,”

Kemudian gw mulai cerita, dari bagaimana gw ketika saat minta surat rekomendasi, dosen pembimbing S1 dengan tegas menekankan ke gw sebelum dia mau tanda tangan, sembari menanyakan alasan kenapa gw memilih jurusan yang bukan linear dari bidang gw sebelumnya. Gw ingat saat gw menyusun skripsi, gw sempat vakum 6 bulan. Selama itu, 2 bulan pertama gw hanya diam merenung sendirian di dalam kamar, 3 bulan gw memutuskan untuk menenangkan diri ke kampung halaman hingga akhirnya dijemput paksa abang gw, diajak balik kembali ke Jakarta. Akhirnya setelah bujukan keluarga, gw balik juga ke Jakarta. Tapi apakah gw langsung bisa melanjutkan skripsi? Tidak. Abang gw sampe mencarikan temannya untuk membimbing gw selama mengerjakan skripsi.

Malas itu masih ada, gw bahkan pernah suatu pagi, dengan memaksa diri untuk berangkat bimbingan yang saat itu di kantor abang gw, mengalami tabrakan motor saat mau nyebrang jalan. Si pengendara yang tidak bertanggung jawab ini lawan arus, gw yang saat itu sudah merasa aman, baru mau melangkah menyebrang, terpelanting dari tempat gw berdiri. Gw ga taw berapa jaraknya. Yang gw ingat hanya saat gw membuka mata, yang ada di depan mata gw adalah roda mobil yang terus melaju. Pikiran gw kosong, bawah sadar gw berkata, apakah nyawa gw sudah berpisah dari jasad? apakah yang gw lihat ini adalah pandangan dari roh gw? Gw kemudian diselamatkan oleh bapak-bapak ojek yang berdiri di pinggir jalan. Alhamdulillah, hanya lecet dan sedikit lebam, tidak ada yang patah. Namun ini memberi efek lain…, gw semakin tidak berani untuk keluar dari kosan.

Hingga pada suatu sore, gw cek halaman instagram, ada sebuah lowongan pekerjaan yang membutuhkan desainer grafis untuk sebuah brand fashion muslimah. Tanpa fikir panjang, berbekal pengalaman gw sering dimintai tolong membuat spanduk dan poster dari zaman SMA, gw kirim lamaran. Kebetulan gw merasa satu visi dengan desainernya yang mengangkat kebudayaan kampung halaman gw.

Beberapa hari kemudian, ada sebuah panggilan telfon dari nomor rumah. Alhamdulillah, panggilan tersebut menginfokan agar gw bisa datang untuk interview lebih lanjut dengan manager kreatifnya. Adrenalin gw naik. Gw seakan menemukan jalan baru dari kebingungan gw.

Singkat kata, setelah gw diwawancara oleh manager ganteng (gw sampe guman gini “Ini orang kok ganteng banget ya?”) yang ternyata adalah suami dari si desainer, gw diterima bekerja menjadi desainer grafis, yang tanggung jawabnya adalah perpanjangan tangan dari si manager bos ganteng ini. Meskipun gw minta keringanan untuk tetap diberi waktu untuk mengurus skripsi ke kampus.

Dari kesempatan ini gw yang seakan sedang berada di sebuah mobil tertutup semua kaca dan entah sedang menuju kemana, kemudian seperti melihat sebuah jendela baru terbuka. Gw setuju dengan apa yang dikatakan Lee Sang Yoon,

Jika kamu merasa kecewa dengan kebuntuan, kegagalan atau kekecewaan, cobalah untuk melihat dari sudut pandang baru dalam sebuah kehidupan, yang jauh berbeda dengan apa yang sedang kamu jalani sekarang.

Saat kamu melanjutkan perjalanan setelah belajar hal baru di tempat lain, kamu bisa mengerti hal baru yang sebelumnya tidak kamu mengerti. Hal itu bisa saja sebuah kalimat atau rumus yang kamu sudah pernah lihat atau dengar sebelumnya dan kamu yang dulu tidak mengerti apa maknanya, tapi sekarang kamu menjadi lebih mengerti akan kalimat/rumus tersebut, karena kamu telah melihat sebuah pengalaman baru.

Gw kemudian bisa tertatih belajar untuk bekerja, mengejar ketinggalan skripsi sambil sesekali tetap menyemangati diri sendiri dengan coba menggali unsur positif dari keputusan yang gw ambil. Namun saat itu, yang muncul di pikiran gw adalah, “Ngerjain skripsi aja rasanya udah kebolak-balik dunia gw. Ga sanggup gw S2, udah sampe sini aja!”

***

Hampir 2 tahun gw bekerja di brand fashion tersebut. Banyak pengalaman yang bahkan belum pernah terbayangkan bisa gw alami. Gw mencuri banyak ilmu dari si bos ganteng. Gw masih ingat dia pernah bilang gini, “Kamu unik, unik dalam artian yang baik”.

Ternyata ketidakpuasaan itu muncul karena didorong oleh faktor fee yang gw rasa sudah tidak sesuai dengan pekerjaan, tanggung jawab dan ijazah gw. Gw merasa harus melarikan diri!

Gw melarikan diri pertama dengan ikut penerimaan kerja di NET.TV. Seleksi ini itu sampe akhirnya bisa ikut wawancara, yang berujung gw tidak diterima. Selama wawancara gw sadar, sepertinya pekerjaan ini kurang cocok bagi kondisi gw maag dan bronkitis. Jadi penolakan itu tidak membuat gw sedih, karena selama wawancara malah gw bisa membuka sedikit jendela lagi dalam perjalanan hidup gw.

Setelah itu gw juga mencoba untuk melamar kerja di sebuah perusahaan digital advertising di sebuah gedung perkantoran tinggi di Kuningan. Gw bahagia, karena berasa seperti orang-orang yang pernah gw tonton di film, sibuk, masuk gedung tinggi, pake kartu absen dan lain-lain. Di perusahaan yang berpusat di India ini, gw diterima sebagai salah seorang desainer yang akan menangani orderan langsung dari klien yang ada di India sana, namun karena ada sebuah ketidaksesuaian prinsip dasar malah membuat gw yang akhirnya menolak tawaran mereka. Gw lebih memilih tetap bekerja di perusahaan dengan gaji kecil, namun unsur dan visi agamanya tidak goyah.

Buntu, gw curhat ke kakak kelas gw, gw bilang gw mau kuliah lagi aja, mau mempelajari desain lebih lanjut. Kak Dhee encourage banget, bikin gw semangat untuk cari info lebih lanjut. Gw langsung kontak seorang teman di Bandung, yang kemudian mengenalkan gw pada temannya yang malah mengarahkan gw untuk mencoba jalur beasiswa fashion!

Gw persiapkan semua kebutuhan perang untuk ikut beasiswa ini. Alhamdulillah, beasiswa ini adalah salah satu jalan yang berperan merubah gw menjadi gw yang sekarang.

Tapi ada lagi satu rintangan, meski gw lulus beasiswa dalam bidang fashion, dosen pembimbing gw ini punya sentimen terhadap anak yang diluar rekomendasi beliau. Awalnya gw kaget, shock dengan penolakan Ibu tersebut, namun sekarang gw merasakan bahwa itu adalah rencana Allah. Gw di semester awal, ditransfer menjadi anak desain media digital, yang sangat akrab dengan gw yang basic-nya adalah IT multimedia.

– – –

Gw yang sekarang adalah gw yang mampu share pengalaman gw ke adik tadi, bahwa untuk melangkah ke fase selanjutnya, entah itu S2 ataupun bekerja, pastikan memang keputusan yang kita ambil berdasarkan passion kita, karena modal 1 kata itu aja, kita ikhlas ngejalanin, malah membuka wawasan kita untuk melihat ilmu dasar dari sudut pandang yang berbeda.

 

16 Personalities

Thank You Buji, gara-gara link yang lu kasih rencana gw untuk ga begadang gagal! Gw udah matiin lampu dari jam 10, terus inget ada share link dari si puji, 16 Personalities Test akhirnya malah begadang sampe jam 1.

Berawal dari omongan gw yang merasa diri introvert, terus si Buji ga percaya, dan dia bilang mending gw tes biar taw pasti pake ilmu sains gw itu tipenya seperti apa.

Tes ini sendiri pernah di mention di beberapa variety show kaya 2 Days 1 Night, dan Ikon Tv. Seru juga karena kita bisa tau personaliti kita dengan lebih detail. Kalo ilmu gw zaman dulu cuma sampe 4 tipe karakter yaitu Sanguinis, Kolaris, Melankolis dan Plegmatis, sekarang dibagi lagi menjadi 16 Personaliti (karena namanya susah-susah sila cek ke pembagian 16 tipe kepribadian ini.)

Lagi, menurut Buji, linknya sebenernya banyak untuk tes yang sama, cuma kalo disini kriteria pembagian kita cenderung introvert atau apa lebih ketahuan hingga presentasi perbandingannya. Dan dari beberapa link yang dicoba sama Buji, katanya juga hasilnya sama kepribadian kita. Jadi nanti di link tersebut kita akan diminta waktu selama kurang lebih 12menit untuk menjawab beberapa (banyak) pertanyaan, tinggal kitanya aja yang harus dijawab sejujurnya kita. Gw jujur agak bingung disini, apakah jawaban yang gw berikan itu adalah pandangan gw terhadap diri sendiri, atau ingatan gw yang kadang entah bener entah ada yang kececer. Cobain ajalah ya biar bisa pada tau gimana pengalamannya nanti pas ngisi.

Kalo teorinya sih, yang sekilas gw baca sambil lalu, ini based of teori dari Carl Gustav Jung, ada juga oleh Katharine Cook Briggs dan anaknya Isabel Briggs Myers kolaborasi dengan pendekatan teori dari beberapa Bapak Ibu lainnya.

Screen Shot 2018-07-19 at 11.20.14 AM

 

Okeh! gw sendiri berdasarkan test ini masuk ke dalam tipe ENFP, seorang Juru Kampanye. ENFP-T kalo menurut teorinya Myers-Briggs adalah Extraversion-iNtuition-Feeling-Perceiving, dan ditambahin Turbulent oleh framework dari Neris. Bagi kamu-kamu yang mau nyoba, meskipun hasil kalian sama dengan tipe gw, tapi keluarannya di tiap persona gw rasa berbeda. Gw rasa turbulent ini yang jadi masalah gw sampai saat ini.

 

Gw baru taw juga setelah baca-baca lagi, dari ENFP itu, tipe kita dibagi lagi, inner ( _NF_ ) sebagai roles dan outer ( E_ _P ) sebagai strategis. Hmm, Ooo… oke ngerti gw sampe sini, tapi begitu gw liat tabel bagian bawahnya yang menyatakan kalo gw itu masuk ke bagian Diplomat dan Social Engagement, ngg… gw merasa apa bener gw begitu??

Perlu digali lagi kayanya.

AR Emoji, mesti beli Samsung S9 dulu?

galaxy-s9_ar_my_emoji_123Hola! Gw muncul lagi (akhirnya!). Oe mau ngebahas satu aplikasi yang bikin greget ampe nyari-nyari dengan keyword yang banyak di google mulai dari “app infinite challenge emoticon, app running man emoji, kombinasinya, dll” sampe akhirnya mendarat di AR Emoji Samsung S9. Pertama kali penasaran sama app ini waktu nonton Infinite Challenge episode 567, saat Jaesuk-nim CS jadi avatar oleh teman masing-masing member. Mereka kirim pesan tapi ada emoticon yang bisa diatur sesuai wajah masing-masing user. Dari nonton episode ini udah bikin gw tertarik banget! Trus, gw lanjut nonton running man 392, yang kalo g salah tayang di minggu yang sama, Jaesuk-nim CS masih pake app ini untuk mengenali guests mereka. Mulai lah gugling buat nyari apa sih ini nama app-nya, berasa gw yang paling ketinggalan zaman.

Screen Shot 2018-03-23 at 8.42.12 PM
Source MBCentertainment Youtube

Ternyata ini aplikasi mirip sama Animoji punyanya iOS (yang gw juga belum pernah nyoba, cuma nonton di mbayu tup reviewnya). AR Emoji ini app tambahan di camera smartphone terbaru dari Samsung, Samsung S9/S9+. Yang bikin sama antara 2 aplikasi ini adalah, mereka sama-sama menerapkan teknologi AR (Augmented Reality) dengan cara menangkap ekspresi user dari front camera, kemudian diterjemahkan menjadi emoticon. Nah, kalo pendahulunya (Animoji) pake karakter yang sudah ada dan hanya ekspresinya yang ngikutin gerakan ekspresi user, AR Emoji dirancang lebih personal. Emoticon bisa disetting sehingga lebih personal dengan memilih karakter 3D yang diolah dari hasil tangkapan kamera terhadap wajah dan ekspresi usernya.

 

Empat karakter di atas adalah contoh dari beberapa karakter di Animoji.

 

Kalo yang di atas ini hasil dari AR Emojinya Samsung S9. Cek disini buat liat video AR Emojinya.

Kelebihannya lagi, AR Emoji bisa di share ke perangkat smartphone apapun, via whatsapp, facebook app (kalo ga salah 2 app ini) atau aplikasi messenger lainnya. Lebih lebih luas gitu nyombongnya ke temen-temen yang belum make. Sementara kan kalo Animoji, katanya karena menggunakan iMessage dari iOS yang didukung sama kamera TrueDepthnya iPhone terbaru, maka share hanya bisa dengan sesama yang punya faceapp. Cuma kemaren gw pernah liat taeyoon Snsd share animoji dia di account instagramnya, mungkin bisa share instagram juga kali ya.

Eniwei, yang jelas gw sangat menunggu munculnya aplikasi ini yang kemudian bisa digunakan di semua perangkat android. Ya kan bujet ei buat beli smartphone baru (meni mahal pula) belum ada. Jadi ya sabar-sabar dulu (rencananya sih mau ceki-ceki ke gerai samsung terdekat, siapa tau udah ada kan S9nya, jadi bisa nebeng bikin AR Emoji disana. Katanya sih hari ini sudah mulai dijual di Indonesia).

Dan harapan gw lagi, bagi developer appnya di Samsung, karena di Indonesia banyak juga usernya yang pada pake hijab, nah kembangin deh personafikasinya ke penggunaan karakter yang ada hijabnya. Banyak kan yang bisa jadi muse atau ambasador hijabnya di Indonesia. Yaaaah… meskipun yei belum punya, tapi yei percaya pasti banyak user berhijab yang seneng banget ada app yang memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. User requirement kan mesti research secara etnografi juga biar app-nya laku (Ngg… ga ngerti ini ngomong apa, lagi mabok UI/UX oe).

Source: AR Emoji from samsung.com , Animoji from apple.com

(Oh ya, untuk saat ini appnya belum ada di play store ataupun di gugling. Gw udah coba download yang di playstore juga, tapi kayanya spam deh, isinya malah ads. Jadi mending sabar dulu aja ya, siapa tau bentar lagi samsung bagi-bagi app ini gratis ke smartphone yang lainnya. And samsung bener-bener menggunakan variety show korea buat share kecanggihan produk mereka, apalagi kalo show itu banyak fans internasionalnya, totally product placement-nya success)

Bagaimana jika aku depresi (2)

Bagaimana jika aku depresi? Part 1

Kalo gw ga salah ingat, 2 bulan setelahnya gw harus kembali ke kampung halaman, kakak gw yang tadi gw ceritakan, masuk rumah sakit. Gw pulang untuk bergantian menjaganya bersama kakak tertua gw. Selama di perjalanan gw menangis, berfikir bahwa mungkin gw tidak akan bisa meneruskan studi gw hingga akhir. Gw pulang dengan perasaan tersebut.

Ternyata keadaan kakak gw tersebut semakin banyak komplikasi penyakit dalam tubuhnya. Jadi semenjak mentalnya sakit, berat badannya pun naik dengan dratis. Begitu ayah gw tempat bergantungnya selama ini tiada, penyakitnya semakin parah. Ditambah kesedihannya membuat dia seperti tidak punya harapan. Secara psikologis, sudah beberapa kali kami merujuk ke rumah sakit jiwa untuk penanganan yang lebih baik, namun karena masalah penyakit psikis seperti jantung, hati, diabetes hingga stroke setengah badan yang dia idap, rumah sakit jiwa menolak. Mereka beralasan bahwa mereka tidak mampu menangani penyakit separah itu. Kami bawa ke rumah sakit umum, mereka juga tidak mampu menerima karena alasan yang lebih sering kumat adalah penyakit kejiwaannya.

Gw dan kakak gw mengalah pada keadaan, kami membawanya pulang ke rumah kakak untuk merawatnya di rumah, karena tidak ada rumah sakit yang mau menerimanya.

Banyak yang terjadi, selama sebulan gw berada di kampung halaman. Mental dan fisik gw dan kakak-kakak gw benar-benar diuji. Setelah sebulan gw berada di rumah, kakak tertua menyuruh gw balik untuk meneruskan tesis gw, dengan harapan sesegera mungkin gw menyelesaikannnya, maka masalah dapat terselesaikan satu persatu.

Gw lalu kembali ke Bandung dengan perasaan yang tidak menentu. Gw masih ingat di hari keberangkatan gw ke bandara, paginya gw rajin sekali membuatkan sarapan nasi goreng. Almarhumah sudah lama ingin makan nasi goreng, tapi dilarang karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Dia sepagi itu juga bangun, lalu mondar-mandir di belakang gw, ngintilin gw yang tumben rajin masak. Gw masih ingat, saat gw mengajak dia sarapan bersama di meja makan, dia melahap nasi goreng tersebut, kemudian minta tambah. Biasanya gw akan sangat marah jika dia makan terlalu banyak, tapi kali itu gw dalam diam menambahkan nasi dan telur ke piringnya.

Gw masih ingat, saat itu ketika gw mau berangkat, gw berpamitan dengan almarhumah sambil meminta maaf, dia berpesan pada gw sambil terbata-bata,”Ade cepat selesaikan tesis ya, biar ade cepat pulang, biar bisa nemenin disini,”. Gw hanya mengangguk tanpa terfikirkan apapun.

Gw kemudian pulang ke Bandung. Amanah untuk menyelesaikan tesis kemudian menjadi beban. Gw mulai malas untuk makan dan bangun, sehari-hari lebih memilih diam bermenung tanpa ada keinginan bangkit dari tempat tidur. Berhari-hari gw seperti itu, hingga kemudian entah apa yang muncul di benak gw, dengan sisa tenaga dan semangat, gw berangkat ke kampus, namun bukan untuk mengerjakan tesis. Gw akan menemui konselor di kampus gw. Dengan fikiran yang tidak fokus gw bertemu dengan seorang konselor, kemudian gw menceritakan tentang masalah gw dan kakak gw. Ibu tersebut menyarankan gw untuk bertemu pada sesi selanjutnya dengan seorang konselor lain.

Gw pulang masih dengan fikiran yang tidak fokus, namun muncul sedikit semangat dalam fikiran gw, berharap bahwa apa yang telah gw lakukan dan apa yang gw lakukan akan membukakan jalan.

2 hari kemudian, sesi kedua gw. Gw ketemu dengan konselor yang berbeda, menurut Ibu yang kemarin gw temui, Ibu ini fokus pada peredaran darah dan titik-titik refleksi. Jadi hari itu gw menceritakan lagi perihal keadaan gw, lalu disuruh menggambar di atas secarik kertas, kemudian Ibu tersebut memberikan pijatan pada bahu gw. Beliau bilang kalau bahu gw sangat kaku, dan wajah gw suram. Saat gw ceritakan mengenai masalah kakak gw, beliau berkata bahwa yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah masing-masing personal dari keluarga kakak gw, pada saat itu berarti gw harus membantu diri gw dulu baru bisa membantu kakak gw. Kita kemudian membuat janji minggu depan untuk sesi selanjutnya.

Beberapa hari kemudian gw kembali mendapat telfon dari rumah. Kebetulan kali ini ponakan gw sedang berlibur di kosan gw. Berita dari rumah adalah, kakak gw telah berpulang ke Rahmatullah.

Jika saat ayah gw meninggal 3 bulan yang lalu itu, gw menangis sekencang-kencangnya, maka kali ini gw tidak sehisteris itu, hanya yang keluar dari gw adalah isakan dan astagfirullah yang berulang kali gw katakan. Gw bahkan memberitakan pada ponakan gw, menyuruh dia menelfon rumah, kemudian gw tidur sambil bersandar lagi. Kali ini kakak tertua gw memutuskan agar gw tidak usah pulang, selain karena sebaiknya keadaan kakak gw yang meninggal di rumah sakit ini segera dimakamkan, alasan lainnya adalah tepat seminggu lagi jadwal pra sidang kedua gw. Ponakan gw yang akhirnya menemani gw selama di Bandung.

Mungkin terlihat gw lebih tenang saat menerima berita. Gw masih melanjutkan pra sidang gw, yang disusul seminggu kemudian dengan sidang akhir dan revisian.

Namun begitu ponakan gw sudah kembali pulang, revisian sudah selesai, gw kembali ke kehidupan nyata gw. Perasaan dan tekanan penyesalan, rasa bersalah dan ingatan-ingatan gw dari masa gw awal melihat dia sakit secara kejiwaan hingga sebulan yang lalu saat mengurusnya hilang timbul di fikiran gw. Gw kembali jarang makan dan malas bergerak, lebih sering menangis sendiri di kamar, dan malas berhubungan dengan orang lain.

Dalam keadaan demikian, gw menerima pesan untuk sesi selanjutnya dari konselor gw. Gw masih ingat saat itu bulan puasa. Yang terfikir saat itu adalah, apa yang akan gw lakukan setelah ini. Dengan keadaan gw yang tiada semangat, pandangan masa depan sulit dibayangkan, perasaan yang kosong dan jikalau ada yang muncul, hanyalah kembali ke lingkaran semula yang diiringi dengan rasa sakit dan sesak di dada, gw datang memenuhi jadwal tersebut.

Saat bertemu dengan konselor, dia mengatakan bahwa pada mata gw kembali tidak ada cahaya. Gw diminta untuk menceritakan apa yang gw rasakan. Gw mulai dengan menceritakan dari kepergian ayah dan kakak gw. Kebingungan gw dengan apa yang terjadi pada diri gw sendiri dengan hilangnya harapan gw. Hingga penyesalan dan rasa bersalah yang gw rasakan untuk kakak gw.

Saat menceritakan itulah, gw merasakan kebas mulai dari ujung jari tangan hingga ke wajah gw. Dingin namun keringat membanjiri pelipis gw. Gw menggigil, kaget dengan perubahan kondisi gw yang tiba-tiba tersebut. Dada gw kembali sesak, lalu gw mulai panik. Sambil menangis, gw meminta bantuan pada Konselor tersebut karena gw bingung dengan apa yang gw rasakan saat itu.

Konselor kemudian menyuruh gw untuk menangis sejadi-jadinya, untuk mengeluarkan segala amarah dan perasaan yang gw pendam. Dia mendengarkan sambil menunggu reaksi gw, kemudian memberi gw minum. Saat itulah gw merasakan dengan sendirinya, seiring dengan gw yang mengeluarkan semua perasaan gw, sesak di dada berangsur menghilang. Konselor mengatakan juga bahwa apa yang terjadi itu adalah kuasa Allah, bukan salah gw dan bukan karena kurangnya ilmu gw. Semua itu merupakan perjalanan yang diamanahkan pada gw sebagai hambanya, karena Allah Maha Tahu, seperti apa bekal gw untuk menghadapinya.

Sama seperti yang sudah berkali-kali ustad dan orang bijak bilang, bahwa masalah itu ujian, sama seperti kita ujian untuk naik tingkat sekolah. Namun satu hal yang kadang lupa gw fikirkan dari kalimat itu, bahwa seorang guru jika memberikan soal pada muridnya adalah sesuai dengan apa yang sudah guru tersebut ajarkan pada muridnya selama ini, tidak pernah lebih berat dari itu. Seorang guru kelas 1 SD, hanya akan membuat soal sesuai dengan bahan ajar yang pernah dia berikan selama setahun mengajar murid kelas 1 SD, soal ujian akhir kelas 6 SD hanya akan berkisar mengenai apa saja yang pernah diajarkan guru dan dipelajari oleh si murid dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD. Tidak mungkin murid kelas 3 SD mendapatkan soal ujian dengan bahan ajar yang dipelajari pada kelas 5 SD atau kelas 1 SMP, itu sangat tidak mungkin.

Seperti itu juga dengan ujian yang diberikan oleh Allah pada hambanya. Allah memberikan hint, petunjuk, pembelajaran, pengetahuan selama hambanya tersebut hidup hingga dia mendapatkan masalah. Kadang hambanya merasa tidak sanggup, karena mungkin selama ini dia lupa, dia tidak mengambil pelajaran dari pengalamannya dan pengalaman orang lain, jarang mengingat kembali pembelajaran yang telah usai, dan hanya sibuk memandang ujian tersebut dan kemungkinan dia akan lulus atau tidak dalam ujian tersebut, kadang ada juga yang berfikir tentang kehidupannya setelah ujian tersebut, sementara dia masih ragu, takut dan tidak tahu cara menghadapi ujiannya saat ini.

Maka jika kita merasa terdapat tanda-tanda depresi yang kita rasakan, atau lebih parah lagi, maka,

Ceritakanlah masalahmu pada orang yang kamu percaya, namun jangan berharap dia akan memberimu solusi. Percayalah bahwa dengan bercerita saja, masalah beban di hatimu sudah mulai berkurang.

Ingatlah pada saat kamu berhasil melewati ujian-ujian sebelumnya, ingatlah pengalaman orang-orang sebelum kamu. Jika masalahmu berbeda dengan orang lain dan masalah sebelum ini, percayalah hanya formulanya saja yang ditukar-tukar. Patternnya tetap sama, dan bisa diupgrade dan dikombinasikan.

Jika hanya percaya bahwa setiap orang punya masalah belum bisa membantu meringankan bebanmu, maka katakanlah pada dirimu sendiri bahwa memikirkan masalah mereka kecil atau besarnya, selesai atau tidaknya, bukanlah tanggung jawabmu.

Sering mendengarkan masalah orang lain untuk menjadi pembelajaran, namun jangan jadikan empati malah merusak dirimu sendiri. Mungkin mereka juga sama dengan poinmu yang pertama, mereka hanya butuh didengarkan dengan sopan.

Bersama-samalah berdoa agar diberikan kelapangan hati untuk menghadapi masalah. Dengan saling mendoakan, maka beban orang yang akan dia bagi denganmu akan berkurang, begitu juga dengan bebanmu yang akan kamu bagi dengan orang lain.

Lihatlah masalahmu dari segi pandang orang lain melihat masalahmu. Belum tentu sebenarnya seberat kamu melihatnya dari sisimu.

Dari gw yang tiba-tiba pengen curhat nulis malam-malam

Wassalam.

 

 

Bagaimana jika aku depresi?

Beberapa hari ini perbincangan masalah depresi ada dimana-mana. Discovery instagram lebih sering memunculkan masalah ini. Ini berkaitan dengan seorang member boyband dari Korea yang mengakhiri hidupnya, diberitakan karena depresi. Reaksi gw pertama denger ini kaget, itu wajar, dan semua orang gw rasa juga sama. Reaksi gw kemudian adalah berfikir, ada apa dengan fikiran dia, seberat apa bebannya hingga dia memutuskan hal tersebut. Kemudian terlintas dalam benak gw, menyedihkan jika orang-orang yang berfikir bahwa masalah mereka juga berat, mereka juga depresi dan merasakan hal yang sama, kemudian juga mengikuti langkahnya. Gw khawatir pada rekan kerja almarhum ini, orang terdekatnya dan para fansnya. Kemudian hari selasa, sore saat ngaji, kita ngebahas salah seorang kenalan Mbak Fe, teman gw, yang dia katakan schizophrenia. Gw ga membahas disini dalam kadar apa tingkat schizophrenia-nya, tapi kita katakan saja dari gejalanya dengan depresi berat. Lagian ilmu gw untuk membahas ini kayanya belum terlalu mendalam. Biarlah teman-teman psikolog yang bisa bantu menjelaskan.

Everyone pernah depresi, tingkatnya mungkin berbeda, karena apa yang dihadapi berbeda, pengalaman menghadapi juga berbeda, kemudian kekuatan untuk menghadapi juga berbeda. Gw pertama kali mengetahui kalau gw depresi adalah dari salah satu temen kuliah gw. Dia kuliah jurusan psikolog, dan dia saat gw curhat kegelisahan gw terhadap diri sendiri, dengan santainya dia bilang, “Ya, emang lu gila,”. Jawaban dia bikin gw terhenyak, namun dia melanjutkan ,”Tapi gw juga gila de, orang itu juga gila, jika disini lu mengatakan bahwa depresi itu gila,”. Gw alhamdulillah mengenal beberapa teman yang kuliah di bidang psikologi dan cukup dekat dengan mereka sebagai tempat curhat. Bahkan gw sudah membiasakan diri untuk curhat ke guru BK gw semenjak dari kelas 2 SMA. Beruntung gw menemukan beberapa guru-guru BK yang cocok dengan gw. Senang rasanya mengetahui bahwa keputusan gw sekolah disana menuntun gw hingga menjadi seperti ini.

Background gw sendiri, honestly, gw sudah bersinggungan dengan personal yang depresi berat semenjak gw SD, yaitu kakak gw, semoga almarhumah diampuni Allah SWT. Semua pengalaman gw berinteraksi dengannya, banyak mempengaruhi psikologis gw. I often cry hard, berteriak keras, sangat sensitif, karena ini gw anggap sebagai masalah dalam kehidupan gw, dan saat itu belum ada seorang pun yang mengetahuinya dan membantu gw menangani psikologis gw. Semua anggota keluarga gw, berjuang dengan dirinya sendiri itu tetap survive, dan gw dari SD sudah terbiasa dengan itu.

Haha, dulu gw sangat malu untuk mengakui hal ini pada siapapun, mungkin hanya benar-benar orang yang gw percaya yang akan gw ceritakan ini, karena persepsi orang dulu yang belum terbiasa dengan kata schizophrenia atau depresi. Lingkungan gw hanya mengenal 2 masalah tersebut dengan satu kata, yaitu Gila. Fikiran gw diusia belia tersebut adalah, jika orang tahu tentang masalah ini, maka mereka akan menjauhi gw karena merasa gw akan mengalami hal yang sama. Hufh…

Alhamdulillah kemudian dalam perjalanan gw menuju dewasa, gw dipertemukan Allah dengan orang-orang yang secara tidak sadar membawa gw untuk berpengalaman dan  berfikiran lebih terbuka.

Saat Mbak Fe kemaren menceritakan mengenai kenalannya itu, gw ikut memberikan beberapa saran kepada Mbak Fe untuk menghadapi seseorang yang depresi, baik depresi ringan ataupun berat. Ini benar gw pelajari dari pengalaman selama lebih kurang 15 tahun menghadapi almarhumah kakak gw. Ya, tahun 2016 yang lalu kakak gw tersebut sudah mendahului kita dikarenakan penyakit komplikasi yang juga menyerang tubuhnya. Semoga amal ibadahnya diterima Allah di sisinya.

Gw kali ini ingin cerita sedikit tentang kondisi gw di tahun 2016. Gw sangat yakin everybody have their own problem. Mungkin pengalaman gw ini hanya sebesar remahan biskuit, tapi gw ingin mensarikannya menjadi pembelajaran untuk diri gw sendiri juga.

Awal tahun 2016, bulan januari tanggal 12, menjelang magrib. 5 hari lagi menuju pra sidang pertama tesis gw. Gw masih ingat, gw saat itu sedang nonton acara Return of Superman, salah satu variety show dimana para ayah bergantian menjaga anaknya. Acara itu sangat lucu, karena ulah anaknya, kadang karena clumsy ayahnya, jadi seringkali gw menonton sambil ketawa terbahak-bahak.

Ponsel gw berdering. Magrib itu di Bandung, dalam kamar kosan gw, gw menerima kabar bahaa mendadak ayah gw telah tiada. Iya, mendadak, karena beliau kami keluarga tahu tidak mengidap penyakit yang mengharuskannya menginap di rumah sakit. Beliau pergi mendadak begitu saja, bahkan menurut cerita Ibuk, beliau pergi setelah ceria menelfon menanyakan kabar teman satu persatu. Lengkaplah sudah gw menjadi anak yatim piatu.

Gw tidak siap, itu pasti. Ketidakpercayaan menggerogoti, gw menolak untuk percaya bahwa saat itu, di jam itu, di hari itu, gw telah menerima kabar bahwa beberapa saat sebelumnya ayah gw telah tiada. Magrib itu gw menangis sekencang nafas gw. Gw sibuk menangis berusaha untuk menghilangkan fakta memori gw.

Teman kosan gw heboh menggedor pintu, Ibu kosan gw berlari ke kamar gw, mereka menanyakan ada apa. Gw menjawab sambil terus menceracau,”Ade ga kuat,”. Beruntung gw memiliki Ibu kosan yang sangat baik, beliau memeluk gw erat sambil istigfar dan entah apalah yang beliau katakan untuk mengembalikan kesadaran gw. Gw juga ingat punya teman kosan yang baik, yang menggenggam erat tangan gw.

Hum, semua itu masih segar diingatan gw, butuh beberapa menit untuk Ibu Kosan menenangkan gw. Setelah berhenti menceracau, gw menelfon abang gw, yang ternyata belum tau sama sekali. Gw menelfon kakak sepupu gw untuk memberitakan kabar tersebut juga.Gw menelfon Ibu angkat gw, dan menelfon teman terdekat gw, Pipim, agar dia datang, dan memberi support ke gw. Ya! benar! Gw mencari support dari mereka yang akal sehatnya kuat menyadarkan gw pada kondisi sebenarnya.

Gw merasa diri gw biasanya selalu bertindak untuk bersembunyi dibalik topeng sok kuat mental. Tapi saat itu gw mengaku kalah pada diri sendiri, gw mulai mengais rasa sayang dan kasihan dari orang-orang yang gw percaya mampu memberikannya dengan benar. Gw bertekad menggunakannya sebagai bekal gw menuju ke kampung halaman.

Hum, gw masih ingat secara sekilas ibu kosan gw menyembunyikan pisau buah yang memang gw simpan di dalam kamar. Gw juga masih ingat apa yang gw katakan saat itu membuat Ibu kosan menjadi terbata-bata. “Insya Allah Ade kuat Bu, Ade ga akan berfikiran untuk melakukan yang tidak-tidak. Ibu kuatkan Ade,”. Si Ibu yang orang asli Batak tersebut bisa terdengar dari ucapannya menjadi salah tingkah,”Maaf De, Ibu akan percaya ade kuat. Tapi untuk sekarang, Ibu lakukan pencegahan dulu ya,”.

Gw juga ingat, begitu kakak sepupu gw datang untuk mengantarkan ke Jakarta malam itu, gw meminta bantuan pada Pipim dan Lay untuk untuk mengerjakan sesuatu, sesuatu yang gw rasa paling penting untuk gw di masa depan.

“Pim, Lay, gw minta tolong, dengan sangat, sepulangnya gw, tolong ubah kembali kamar ini keadaannya seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa. Gw butuh banget hal ini agar hidup gw kembali normal nanti, sekembalinya gw kesini”. Thanks Allah, engkau anugerahkan aku dengan teman-teman yang baik.

Kemudian gw pulang selama hampir 3 minggu berusaha untuk menguatkan diri dan mengembalikan harapan gw lagi. Selama 3 minggu itu, menurut kakak sepupu gw, setiap pembicaraan gw seperti menyesali nasib diri, merasa diri paling tidak bahagia. Gw mengeluh, penuh amarah dan kalimat sarkas yang intinya mengasihani diri.

Gw kembali ke Bandung dengan kondisi tersebut untuk persiapan menuju pra sidang. Gw menyibukkan diri, mengais semangat dari teman-teman gw.

Kalo gw ga salah ingat, 2 bulan setelahnya gw harus kembali ke kampung halaman, kakak gw yang tadi gw ceritakan, masuk rumah sakit. Gw pulang untuk bergantian menjaganya bersama kakak tertua gw. Selama di perjalanan gw menangis, berfikir bahwa mungkin gw tidak akan bisa meneruskan studi gw hingga akhir. Gw pulang dengan perasaan tersebut.

bersambung di part 2

Produser Variety Show Terfavorit, versi gw

Beberapa jam yang lalu gw ngumpul bareng Uni El dan Emy, duo sepupu yang kosannya sering gw tongkrongin zaman S1. Nanya-nanya kabar, sampai kabar adeknya Uni El, yang jadi biang gw mulai nonton variety shownya Korea. Menurut Uni El, Uni Di adeknya itu udah mulai ‘sembuh’ dari keranjingan nonton korea, yang sampai sekarang masih menggerogoti keseharian gw. Ingatan gw kembali ke beberapa tahun yang lalu…

Suatu sore, di kosan Uni El. Uni Di lagi asik ketawa-ketiwi sendirian di depan laptop. Gw penasaran, gw deketin sambil ngintip-ngintip layar. Uni Di ini nontonnya sambil pake headset jadi gw ga denger audionya. Yang gw liat dari layar hanyalah orang lari -kejar-kejaran- terus ngos-ngosan, terus ngomong terus lari lagi.
“Uni, nonton apa sih, orang lari kok ditontonin? Ade kok malah capek ya liat orang lari-lari gitu?”. Trus Uni Di jelasin lah itu program acaranya apa. Lah bener, “Orang lagi Lari” judulnya (baca: Running Man :p). Awalnya emang bener gw cape nontonnya, tegang gitu abis dijelasin konsepnya apa. Pulang-pulang gw minta lah filenya sama Uni Di buat nonton di kosan sendiri. Dari situ mulai deh gw jadi cari tau tentang acara-acaranya Korea.

Semakin kesini, gw makin banyak ketemu orang-orang yang ngasih rekomendasi acara lainnya. Selain itu juga bekal nyari ngulik sendiri dari google. Kesini-sini, gw malah jadi penggemar beratnya acara hasil tangan dari salah seorang produser acara Korea, namanya Na PD.

Nama aslinya sih Na Young Seok. Kalau kalian pernah nonton acara Korea yang kerjaannya jalan-jalan ngunjungin tempat-tempat indah di Korea, 1 Night 2 Days, nah ini Produser pertamanya, yaitu pada tahun 2007. Kalo kaya gini jadi mirip My Trip My Adventure Indonesia, hanya saja dengan adanya ciri khas acara korea, mereka punya cast member tetap yang dipilih dan ditetapkan untuk memiliki karakter/sifat tertentu. Dan di setiap episode selalu ada game konyol such as Bok-Bul-Bok, permainan mengandalkan insting dan nasib beruntung dari membernya, contohnya milih dari beberapa gelas, gelas mana yang isinya kopi biasa, mana yang isinya kecap ikan. Permainan sepele dengan bahan murah tapi udah bikin gw ketawa ngakak, menertawakan kesialan mereka :(.

Acara karyanya Na PD yang gw rekomendasi banget adalah series-nya Three Meals a Day (TMD). Acara ini konsepnya ringan banget, hanya beberapa aktor (2 – 4 orang gabungan dari aktor, penyanyi dan komedian per season) tinggal dalam 1 rumah di suatu desa atau pantai, dan mereka wajib menghasilkan beragam makanan untuk mereka makan sendiri sebanyak 3 kali sehari, dengan ketersediaan bahan yang ada.

10-18-2014-12-52-25-pm
Lee Seo Jin & Taec Yeon in Jeongseon-gun, Gangwon-do
3mealss
Cha Seung-won, Yoo Hae-jin, Son Ho-jun, Nam Joo-hyuk in Gochang-gun, Jeollabuk-do
3meals
Lee Seo-jin, Eric Mun,  Yoon Kyun-sang in Deukryang Island, Goheung-gun, Jeollanam-do

Kemudian ada series New Journey to the West (NJTTW), perjalanan beberapa orang gabungan 3 unsur di atas juga (aktor, singer dan komedian), yang inspirasinya diambil dari kisah si kera sakti,song go kong is in da house, menjadi pengawal mencari kitab suci, kera saktiii. (OST Kera Sakti zaman gw masih bocah SD). Disini konsepnya hampir sama dengan 1N2D, kalo mereka beruntung main gamenya, bisa makan, kalo sial, maka ya nahan laper.

Ada juga seriesnya bla-bla-bla over Flower (Grandpas over flower, Noonas over flower, youth over flower) yang sama juga cerita sekelompok member yang ‘diculik’ rame-rame keluar negeri dengan bekal di badan dan duit seadanya. Btw, yang ini gw lebih ngikutin Youth Over Flowernya, tapi overall hampir sama konsepnya. Gw pribadi kalo abis nonton berasa pengen langsung ngatur jadwal backpacker ke luar negeri. (Entah kapan ya?)

better-late-than-never

Terinspirasi dari Grandpas Over Flowers ini, NBC Amerika kemudian me-remake versi mereka jadi “Better Late than Never”.

Terdapat beberapa persamaan dari acara-acara di atas, yang gw asumsikan menjadi ciri khas hasil produksi dari Na PD.

  1. Dalam 1N2D dan NJTTW, adanya permainan untuk menentukan nasib dari tiap member. Permainan ini jarang dimainkan dengan jujur, pasti ada aja yang curang. Kalo mereka beruntung, maka seharian itu hidup mereka bakal nyaman, mulai dari boleh makan, ruang tidur dan alat transportasi yang nyaman.
  2. Dalam 1N2D dan TMD, Na PD melibatkan emosi penonton dengan adanya beberapa hewan peliharaan yang menambah ramai program tersebut. Jika di 1N2D season 1 yang produsernya Na PD, ada seekor anjing yang namanya Sang Geun, yang setia nemenin member kemanapun perjalanan mereka. Menurut kabar sih maskotnya 1N2D season 1 ini sudah mati pada tahun 2014. Kalau di TMD malah tiap seasonnya Lee Seo Jin ada hewannya. Yang paling lucu menurut gw adalah duo kucingnya punya Yoon Kyun Sang, Kkong dan Mong. They are so adorable cats! Video editingnya bisa banget bikin interaksi para kucing ini bikin gw senyum-senyum gemes. Ga hanya kucing ini, kehidupan member selama acara juga dipenuhi dengan beberapa hewan lain seperti Jackson and family, si kambing fans beratnya Lee Seo Jin, Minky and the kids, anak-anaknya TaecYeon, ada bebek-bebeknya Cha Seung Won, dan hewan-hewan lainnya.

 

3. Dari semua acara, selalu ada adegan zoom ke makanan yang mendidih-baru mateng. Khususnya lebih sering bisa disaksikan di Three Meals a Day. Memang kayanya show program korea lebih banyak memainkan nafsu makan penonton. Tapi nonton deh kalo Eric Shinwa lagi masak, meskipun masaknya lelet, tapi hasilnya itu kebayang aja udah enaknya.

eric

Jujur lagi, gw ngikutin cuma yang season Lee Seo Jin. Lucu aja kalo dia udah mulai digangguin sama Na PD.

4. Na PD ini sering banget muncul di layar tv, di tiap acara yang dia produseri. Kalo asumsi gw dia narsis. Hehe. Tiap dia muncul, selalu ngisengin atau bikin kesel member di acara dia yang manapun. Paling ngakak pas Song Min Ho berhasil menaklukan tantangan dia, hingga bikin kru NJTTW berhutang lamborghini ke member. Na PD sampe ngaku kalo dia cuma pengen ngerjain aja, ga nyangka kalo ternyata senjata makan tuan (NJTTW4). Poin ini sebenarnya ada juga di Infinite Challenge. Kim Tae Ho, sang produser juga sering munculin wajahnya. Sama-sama ngeselin juga, tapi well, gw lagi bahas Na PD kali ini.

 

Jadi, ujungnya adalah alasan kenapa gw suka sama the way produser Na PD to produce his show adalah karena dia mentrigger indera mata dengan tampilan hewan yang lucu-lucu (oke, membernya juga ada yang ganteng dan lucu), tampilan pemandangan yang good take, trigger selera makan gw juga (kalo gw lagi ga nafsu makan, gw puter dulu dah tu video masaknya Three meals a day), Backsoundnya sesuai lah dengan feel videonya, yang paling utama adalah, dia beranjak dari ide sederhana dalam keseharian kita, hingga dia padu padankan jadi satu show yang menarik.

Good Job Na PD! I hope I will learn personally from you someday!

(Berharap gw beneran serius belajar bahasa korea biar bisa nonton Yoon’s Kitchen, nungguin subtitle bahasa inggrisnya lama sekaleee)

Channel Youtube di-suspended???

Udah lama punya ide untuk publish kompilasi tiap tugas mahasiswa di ide, tapi baru bisa terealisasi seminggu belakangan. Kelar editing dan compositing jadi sebuah video, akhirnya publish via youtube (karena di wordpress ga bisa langsung add video, I don’t know why?). Udah publish 1 video, trus beberapa jam kemudian publish video lain, dan beberapa jam kemudian pas mau akses youtube lagi, tiba-tiba ga bisa diakses lagi channelnya!!! (Tumpang Project Tugas namanya btw).

 

What?! Gw ngerjain editan sendiri, nyantumin nama masing-masing mahasiswa gw juga atas tiap clip karya mereka, coz I really scare my contents will hurt other people, that not what I intend to do!

Dan suspend ini ga hanya sekali, karena gw kemaren mutusin bikin channel baru, dan masih kena suspended! Gw akhirnya nyari story yang sama dengan gw, ketemu kalo suspended ini memang default saat sistem youtube deteksi yang kaya menurut mereka ada pelanggaran (yang gw ga ngerti sampe sekarang salah video gw kemaren apa, kan biar gw ga mengulangi hal yang sama lagi, gw butuh saran dan masukan dari youtubenya). Untuk nanggulangin, ternyata cukup mudah (meski ada sedikit emosian pas prosesnya), isi form untuk ngeclaim kalo video uploadan kita ga ngelanggar azaz-azaznya si youtube ini.

Formnya ngisi nama dan email, kemudian ngisi curhatan kita curhatan tentang youtube. Kira-kira curhatan gw begini (saran salah satu blog yang gw baca lebih baik curhatannya pake English, eventhough bahasa inggrisnya kemana-mana)

“Gw udah ngedit ini video ampe compositing tiap clip by myself dan ini ide gw sendiri. Channel ini gw dedikasikan buat majang karya-karya mahasiswa gw, dan untuk bahan belajar bagi orang lain. Kenapa di suspend youtube, kenapa? Please, tolongin dong bikin gw ngerti salah gw apa, gw ga maksud ngambil keuntungan sama sekali, bahkan gw cantumin list nama mereka di video gw. Please deh youtube, channel gw di free-in gitu lo…”

Form claim ini gw kirim sekitar jam 9 pagi. Dari blog yang gw baca itu tanggapan youtube bisa dalam jangka waktu beragam, ada yang cepet ada yang sampe berminggu-minggu, so kita cuma mesti nunggu. Barusan gw cek lagi akun gw (jam 1 siang), suspendednya susah ilang! Wow! Syalalala… Uuuuu… Lalalala…

Tapi sampe sekarang gw masih ga taw salah video gw teh apa. Kan kalo gw tau, gw ga mau juga bikin kesalahan yang sama. Bleh!